Kamis, 09 Oktober 2008

Bunuh diri

Kamis, 09 Oktober 2008 0
Kematian, bisa jadi merupakan suatu hal yang menakutkan bagi sebagian mahluk hidup diatas bumi ini. Tetapi hal itu semua tidak dapat dipungkiri dan dielakkan terutama makhluk bernyawa seperti manusia. Keberadaannya merupakan suatu proses alamiah setelah mahluk mengalami proses kelahiran dan kehidupan. Selama itu pula suka dan duka menyertai secara bertubi-tubi sebagai syarat dan kemutlakan bahwa semua terjadi bukan kebetulan saja tetapi lebih merupakan takdir yang harus dilewati setiap mahluk hidup. Persepsi tentang kematian sesuatu yang menakutkan,bukanlah monopoli publik secara menyeluruh. Tetapi sebagian dari mereka menantikan atau justru membuat hal itu lebih cepat dialami,walaupun jalur pelaksanaannya tidak bisa dianggap tepat sesuai dengan tataran ahlak hidup mahluk beragama seperti manusia. Setidaknya itu opini bagi orang yang tidak ingin mengalami atau yang menganggapnya sesuatu yang salah. Memang pada akhirnya akan terjadi juga, dengan waktu yang relatif tidak sama, tetapi tetap saja ini dianggap salah.

Terkait dengan kematian tersebut, sudah sering kita lihat baik di media massa maupun terjadi begitu saja disekitar kita adanya upaya-upaya orang mengakhiri hidup dengan jalan yang kurang terpuji tersebut. Maksudnya upaya itu adalah usaha bunuh diri. Intensitasnya pun semakin tinggi seiring perkembangan tekhnologi dan ilmu pengetahuan seperti sekarang. Ini pula sesuatu yang aneh bagi kita. Secara akal sehat justru dengan adanya dukungan IPTEK sedemikian pesat, dirasakan hal-hal yang mengacu pada tindakan pengkerdilan pikiran seperti itu harusnya terpinggirkan dari benak setiap umat manusia. Sebaliknya dengan ilmu dan tekhnologi, kita berharap sesama manusia dimasyarakat tercipta suatu kompetisi-kompetisi yang mengacu kepada masa depan cerah serta bisa menciptakan sesuatu yang bisa dibanggakan dan berguna bagi anak cucu kelak. Bukan justru kompetisi terbang ke alam baka. Pola pikir terbatas pada ruang lingkup yang sempit, merupakan akar dari masalah ini. Jika boleh dikatakan ini adalah suatu wabah yang menjangkiti setiap mahluk termasuk manusia. Tingkatan umur yang diracuni pikirannya pun tidak didominasi dari satu kalangan saja, tetapi menyebar pada setiap tingkatnya,tidak terkecuali bagi usia masih belia yang Notabene belum mengerti arti hidup ini. Jumlah yang terbanyak memang dari kalangan remaja dan orang tua, dengan berbagai latar belakang pemicunya. Sebagian besar dari pelaku bunuh diri, memiliki karakter pendiam dari segi kejiwaan, serta tertutup dalam hal penyelesaian permasalahan yang tengah dihadapi. Harga diri yang terlalu diagungkan, menjadi faktor motorik terkuat.

Keterikatan pada satu persepsi yang diyakini benar, hendaknya bisa dijadikan sebagai obat dari wabah yang menggejala ini. Sebagai contoh dapat kita pedomani salah satu tokoh nasional kita yaitu I Gusti Ngurah Rai. Dimana kepemimpinan beliau dalam pertempuran melawan belanda begitu gigih walaupun hanya bersenjatakan seadanya, tetapi dengan semangat Puputan yang dimiliki hal itu bukanlah suatu hal yang mustahil dicapai. Begitu pula dalam menghadapi kerasnya persaingan hidup ini,hendaknya mempunyai semangat Puputan pula, bukan justru menyerah begitu saja ditangan keterpurukan mental dan perasaan sendiri. Memang diakui setiap mahluk memiliki perasaan yang sama apabila menghadapi suatu problem yang sulit terpecahkan, rasa putus asa,ingin mengakhiri hidup dengan cepat agar bisa terlepas dari masalah ini, serta keinginan –keinginan lain termasuk juga menyelesaikan dengan jalan kekerasan. Tetapi tujuan lari dari masalah tersebut bukanlah satu-satunya jalan keluar. Mestinya ditanamkan rasa optimisme yang besar dalam menghadapinya akan bisa terselesaikan dengan baik dengan alokasi pemikiran yang jauh kedepan. Terkadang apa yang kita katakan tidaklah mudah kita laksanakan, terlebih dalam kondisi dan situasi pikiran yang sedang kalut.

Disinilah perlunya ada seorang teman bicara yang bisa dijadikan obyek penumpahan segala unek-unek kita. Yang paling utama adalah dari keluarga sendiri dirumah. Segala masalah tentang kemanusiaan baik bersifat personalitas maupun menyangkut umum dapat diungkapkan disini secara transparan antar sesama anggota keluarga melalui komunikasi setiap saat maupun dalam situasi apapun. Keterbukaan inilah yang perlu dipupuk sejak dini baik itu antara anak dan orang tua atau sebaliknya,sehingga hal-hal yang negatif dapat ditanggulangi sejak awal. Kedekatan anak terhadap orang tua dalam suatu rumah tangga masih tergolong kurang , bahkan sangat memperihatinkan dalam hal komunikasi. Hal ini disebabkan peran orang tua yang kurang terpakai secara utuh dan berkesinambungan.

Jadi dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan bunuh diri yang kerap terjadi di masyarakat kita, tidak saja didorong faktor dari dalam diri yang bersangkutan, tetapi juga kurangnya peran orang tua dalam keluarga serta masyarakat sekitarnya. Pengetahuan yang tinggi tidaklah menjadi jaminan dapat menekan hal ini, justru sebaliknya.

Diharapkan semua komponen dalam keluarga ikut berperan aktif saling memperhatikan satu anggota dengan anggota keluarga lainnya,sehingga apa yang menjadi masalah salah satu anggota menjadi masalah seluruh anggota keluarga tersebut.

Dengan ini juga Penulis Harapkan bagi seluruh Umat Manusia diatas Dunia Ini hendaknya dapat menyikapi hal tersebut,agar supaya hal- hal yang tidak bermanfaat dapat di hindarkan. salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memperdalam ajaran- ajaran Agama serta mengintensifkan diri dalam kegiatan kemasyarakatan.

Writed by :

Nama : I Wayan Sudira, A.Ma
Alamat : Banjar Balepunduk Kaler,Desa Tegallinggah
Kedudukan : Ketua STT Anila Werdi Yowana Br. Balepunduk Kaler

Minggu, 14 September 2008

Upacara Potong Gigi ( Metatah ) Massal

Minggu, 14 September 2008 0
Dengan semangat gotong royong yang kami lakukan.Pada tanggal 23 september 2008,kami akhirnya bisa mengadakan upacara potong gigi secara massal.Pada Awalnya memang kami hanya mempunyai rencana untuk mengadakan upacara Ngaben massal saja.Tetapi dengan semangat Krama Banjar balepunduk kaler,akhirnya dikeluarkanlah gagasan baru mengenai akan diadakannya upacara potong gigi massal.Karena melaksanakan upacara potong gigi baik jika diadakan pada saat ngeroras dinain atau dalam bahasa Indonesia Dua belas hari setelah diadakan upacara ngaben massal.di banjar kami hal ini di sebut dengan natak tiyis. Karena dilaksanakan tepat pada hari ke duabelas sejak diadakanya ngaben massal.

Sesuai dengan runtutan acara setelah ngaben massal, upacara potong gigi ini diikuti oleh keluarga dari sawa yang di aben.karena ngabennya saja sudah massal,berarti jumlah orang potong giginyapun sudah pasti lebih banyak dari ngaben massal.adapun jumlah orang yang mengikuti potong gigi massal ini sebanyak 20 orang.

Prosesi upacara ini dilakukan pada waktu tengah malam yaitu pada pukul 00.00 Wita.Kenapa harus tengah malam?Hal ini dilakukan karena melihat dari jumlah orang yang mengikuti,tentunya memerlukan waktu yang sangat lama sampai prosesi upacarnya selesai.
Setelah selesai dilakukan prosesi tersebut, Juga diadakan prosesi lanjutan.Kalau mendengar kata Metatah, pastilah identik dengan Upacara Mekutang Bok.maka dari itu,setelah metatah dilakukanlah prosesi yang di sebut Mekutang Bok.

Mekutang Bok atau membuang rambut kalau diartikan dalam bahasa Indonesia.Jumlah orang yang mengikutinyapun lebih banyak.yaitu sebanyak 28 orang.
Adapun dana yang dihabiskan untuk melakukan Upacara ini,Sekitar 40 Juta rupiah.Lho kok sedikit?.Hal ini karena Sarana berupa barang yang tidak dimiliki oleh warga,barulah di beli.Sehingga menghabiskan dana yang sangat minim.

Demikianlah berita mengenai upacara yang baru saja selesai kami lakukan di banjar Balepunduk Kaler,Desa tegallinggah.Apabila anda berminat mengunjungi Desa kami,silahkan hub team e-banjar Tegallinggah di email kami : banjartegallinggah@gmail.com.

Akhir kata kami segenap team e-banjar Tegallinggah engucapkan banyak terima kasih karena anda telah sudi mengunjungi blog kami.

Jumat, 12 September 2008

Ngaben Masall Pertama di Desa Tegallinggah

Jumat, 12 September 2008 0
Ngaben Masall Memang sudah lumrah di adakan di Bali.Tetapi lan dengan ngaben masall yang di adakan di Banjar Balepunduk Kaler ini.Meskipun terkesan sederhana, tetapi ini merupakan ngaben masall yang pertama di adakan di Desa Tegallnggah.
Pada Tanggal 10 September telah berlangsungnya upacara ngaben masall di balepunduk kaler. Jumlah sawa yang di upacarai sejumlah empat sawa.yang berasal dari empat kepala keluarga.Adapun sawa yang di Upacarai yatitu :
* Ni Nengah Terni
* Ni ketut Rasmin

* I Wayan Resi
* I Komang Kari

Upacara ini mengambil tempat di salah satu tegalan milik warga yang tepatnya berada di sebelah barat Pura dadia pasek gelgel banjar balepunduk kaler.Tempat upacara ini dulunya adalah milik warga yang sudah ditanami.tetapi dengan adanya musyawarah yang dilakukan antar warga, menghasilkan suatu kesepakatan yang baik.
Karena Tegalan ini banyak di tanami tanaman, Sehingga Masyarakat pengempon dadia pasek gelgel bergotongroyong membersihkan tegalan sehingga layak untuk digunakan sebagai tempat upacara pitra yadya.
Memang suatu kerja keras yang sangat untuk bisa melaksanakan upacara pitra yadnya secara masall.tetapi memang terasa sulit karena mengawali ngaben masall untuk pertama kalinya.
Pada akhirnya pada tanggal 10 September 2008 ngaben masall tersebut bisa dilaksanakan dengan lancar tanpa ada hambatan.


Prosesi upacara nunas atma yang dilaksanakan di Pura dalem Balepumduk.
prosesi pembakaran ambengan sebagai simbul jenasah yang di upacarai.
prosesi nganyud di pantai ujung

Kami Mengucapkan Terimakasih Kepada pihak yang tel
ah mendukung upacara ini :
- Sekha angklung Eka satya Yadnya Kerti






 
◄Design by Sudiana